Muak dan begah melihat kantor ini.
Well, bisa berada di sini aku sudah sangat bersyukur. Tahapan ujian yang beraneka ragam, tanpa rekomendasi atau bahkan koneksi barang satu orang pun dapat dikatakan bagai mencari jarum dalam tumpukan jerami. Susah sungguh.
Hanya saja….saat realita di lapangan tak sesuai dengan harapan dan idealisme di yang sudah tertata rapi dalam angan, tiba-tiba muncul perasaan marah dan kecewa yang tak berujung. Salahkah ?
Tentu tidak. Aku hanya saja belum menemukan tempat yang tepat untuk pelampiasan rasa marah dan kecewaku ini. Dengan apa ? Menulis ? huh, menulis saja pun aku tak bisa. Betapa sedih dan sedihnya aku ini.
Aku ingin teriak dan berlari. Lari saja.
Namun aku teringat pada satu ‘kecewaku’ di masa lalu. Kecewa pada pak benny, dosenku di unika yang demikian aku hormati dan banggakan karena kompetensinya sebagai seorang akademisi. Pak benny, di masa mudanya pernah menjalani masa cpns-nya di departemen luar negeri sebagai calon diplomat. Namun tatkala realita di lapangan benar-benar bertentangan pada hati nuraninya, dia berlari dan menjauh dari hiruk pikuk dunia birokrat. Hilanglah kesempatannya menjadi diplomat, yang tidak pernah ia sesali. Nyatanya sudah jadi orang dia kini. Dosen di universitas ternama, kuliah s2 dan s3 keluar negeri plus wirausaha yang cukup sukses.
Aku kecewa padanya. Kenapa ?
Mengapa harus lari ? Jika banyak orang sekompeten dia pergi dari dunia birokrasi Indonesia, mau jadi apa Indonesia ?
-midyear 2008-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar