Rabu, 10 Oktober 2007

the phenomenal man

dedicated to 2 orang mbah : Maridjan dan Harto




Kakek yang satu ini memang sungguh luar biasa. Sikapnya begitu tenang memancarkan kearifan lokal yang memukau banyak orang Indonesia bulan Mei kemarin. Namanya pun menjadi buah bibir bukan saja di kalangan warga Kabupaten Sleman, Magelang dan bapak-ibu petugas BPPTK Yogyakarta, namun telah menjadi tokoh utama di berbagai diskusi mahasiswa yang tidak jelas hingga forum diskusi di televisi. Bahkan mantan presiden RI Abdurrahman Wahid pun merasa perlu untuk turut campur tangan menelfon Mbah kita yang satu ini agar bersedia turun gunung. Bahkan percakapan mereka pun ditayangkan di acara Good Morning di Trans TV. Namun si Mbah yang akan berulang tahun ke-80 ini tetap ogah. Banyak alasan yang membuatnya bersikukuh tinggal di Harjobinangun, sebuah desa di lereng Gunung Merapi. Mulai dari alasan keamanan hingga alasan yang terdengar mistis. Maklum Mbah Maridjan termasuk kalangan bangsawan Keraton Ngayojakarto Hadiningrat dengan gelar Raden Mas Ngabehi Suraksohargo dengan tugas utama menjaga Gunung Merapi.

Terlepas dari berbagai mitos di sekitar hubungan Gunung aktif dan keraton Jogya, sosok Mbah Maridjan dapat dikategorikan sangat unik dan langka. Dalam kondisi yang sudah centang perenang akibat prediksi bencana besar akibat letusan Merapi, beliau ini tetep keukueh memegang kepercayaannya. Pemerintah tidak mau kehilangan wibawa untuk mengevakuasi warga secepat mungkin sejak bulan April lalu. Sementara warga masih tidak mau ambil pusing dengan peringatan Siaga Merapi. Himbauan Sri Sultan, yang menjadi raja di Tanah Jawa saja tidak didengar warga, apalagi Gubernur Jawa Tengah, yang punya hubungan kultural saja pun tidak. Jadi warga memilih menunggu tanda-tanda alam sembari menanti bisik-bisik warga desa lain yang sudah dibisiki Mbah Maridjan tentang wangsit kapan Merapi akan meletus. Siapa yang akan memberi wangsit ? Tidak jelas. Kapan ? Itu juga tidak jelas. Konsevatisme Mbah Maridjan dalam hal ini patut diacungi jempol, karena di balik pesan-pesannya tersirat jelas kearifan lokal untuk menjaga kelestarian alam merapi dari penebangan liar dan penambangan pasir yang tidak bertanggung jawab.

Sayangnya, setelah berminggu-minggu menjadi the most phenomenal man this month popularitas Mbah Maridjan bergeming. Bukan lantaran Gunung Merapi sudah melelehkan lava pijarnya atau kunjugan rombongan Presiden Soesilo Bambang Yudoyono, namun justru karena mendapat saingan si Mbah yang satunya lagi, Mbah Harto. Beliaulah si Mbah yang usianya seangkatan dengan Mbah Maridjan yang menggegerkan rakyat Indonesia minggu terakhir bulan Mei tahun lalu lantaran sakitnya yang berkepanjangan lantas dipertaut-kaitkan dengan dengan proses hukumnya ke meja hijau. Selama bulan Mei tahun lalu, radio yang khusus menayangkan berita aktual Elshinta, terus meng-up date kondisi Gunung Merapi lengkap beserta fenomena Mbah Maridjan, bernangsur ganti meng-up date daftar pengunjung Mbah Harto. Siapa yang datang, mewakili siapa dan apa hubungannya dengan beliau.

Jadi, jangan khawatir jika Anda, yang kini telah berusia lima puluh tahun ke atas, namun masih saja belum sukses dan terkenal. Ingatlah pepatah, life begin at fourty !


(written on medio 2007)

Tidak ada komentar: